Sabtu, 20 Oktober 2012

Menjadi pribadi yang PD (percaya Diri) chapter 4


“Mengapa ada yang PD dan Ada yang Tidak?”
            Terkadang kita bingung, kenapa sih ada orang yang  percaya diri alias PD & ada orang yg selalu minder alias gk PD??
            Nah, jadi begini, semua manusia hidup sesuai takdir yang telah ditetapkan Allah.ada yg ditakdirkan sempurna dan ada juga yg tidak. Keimanan terhadap takdir inilah yang menjadi dasar penyikapan kita terhadap diri dan hidup kita. Misalnya, taruhlah kita ditakdirkan tidak sempurna atau ditakdirkan lahir dari keluarga atau lingkungan yang serba tidak nyaman dan tidak berada. Produkifkah kita jika menyalahkan kondisi yang pada akhirnya menyalahkan Allah?
            Salah satu konsep yang menjadikan seseorang merasa PD dengan keadaannya atau tidak adalah konsep diri. Konsep diri adalah gagasan tentang diri, yang terdiri dari bagaimana kita melihat gambaran diri sendiri, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri dengan penilaian suka atau tidak suka. Orang yang sangat menyukai dirinya akan berkembang menjadi terlalu PD sedangkan sebaliknya, orang yg tidak menyukai dirinya akan cenderung menjadi rendah diri alias tidak PD.

            Aspek lain dalam konsep diri selain gambaran tentang diri dan penilaian terhadap diri adalah cita-cita diri, yaitu dambaan, aspirasi dan harapan terhadap diri sendiri. Hubungan ketiganya itulah yang membentuk konsep diri, negatifkah atau positif.
            Berikut adalah beberapa orang yang berperan dalam mengembangkan konsep diri kita sehingga bisa jdi negative atau positif :
1.     Ortu dan Orang Lain yang Berperan sebagai Ortu
Orang tua adalah faktor yang paling penting dalam membangun konsep diri. Kadangkala tanpa sadar orang tua sering memberikan “cap” tertentu kepada kita, entah itu “cap negative” atau “cap positif”. Dengan beribu cara, orang tua akan memberitahukan kepada kita tentang “siapa kita”. Misalnya orang tua kita sering memuji, “Aduh…., kamu pintar deh, Nak!” hal itu akan menjadikan sebuah label yang membuat konsep diri kita positif. Sebaliknya jika orang tua sering menghardik dengan label negatip tertentu, seperti “Aah, dasar anak bodoh!” atau “Dasar anak nakal!”, maka konsep diri kita juga menjadi negative.
Tidak hanya secara verbal, perlakuan orang tua yang non verbal (bukan kata2) pun juga sering membuat kita mengambil kesimpulan tertentu tentang diri kita. Misalnya orang tua yang terlalu melindungi anaknya (over protect) sedikit2 tidak bole, selalu dilayani, selalu dilindungi, selalu dibela meskipun salah, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika orang tua memperlakukan kita secara proporsional, misalnya kapan kita ditolong, kapan kita dimotivasi untuk mengerjakan sesuatu sendiri, dan dipercaya ketika kita belajat melakukan sesuatu meski kerap kali salah, maka kita akan mengembangkan konsep diri positif.
2.   Saudara Kandung
Posisi urutan dalam keluarga juga akan mempengaruhi konsep diri. Anak sulung yang diperlakuka sebagai pemimpin bagi adik2nya dan memdapat kesempatan untuk berperan lebih domonan akan mendapat keuntungan besar untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Sedangkan anak bungsu boleh jadi akan selalu dianggap anak kecil oleh kakak2nya, sehingga ia berkembang untuk lebih tidak mempercayai dirinya sendiri, sebab merasa kurang dipercaya.
3.   Sekolah
Guru adalah sosok yang menentukan oleh karenanya, tanggapan, perlakuan, dan penilaian guru menjadi sangat penting bagi perkembangan konsep diri kita. Siswa yang sering diperlakukan buruk (dihukum atau ditegur didepan umur) cenderung sulit untuk mengembangkan percaya dirinya. Sebaiknya, yang sering dipuji, dihargai, diberi hadiah (apalagi didepan umum) akan lebih mudah mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga lebih percaya diri.
4.   Teman Sebaya
Teman juga menjadi salah satu faktor yangpenting. Saat kita merasa kita tidak diterima oleh komunitas (kelompok) yang kita sukai, maka kita akan merasa rendah diri. Sebab konsep diri kita cenderung berkembang negatif. Akan tetapi, jika kita bisa diterima dan mendapat perlakuan positif dari teman2 sebaya, hal itu akan dapat mengembangkan konsep diri kearah positif.
5.   Masyarakat
Sejak kecil kita dituntut untuk bertindak menurut aturan dan patokan yang berlaku dimasyarakat. Norma masyarakat itu diteruskan melalui pendidikan orang tua kepada kita, lalu disiarkan melalui media massa, cetak, atau elektronik. Ketika televise menyiarkan norma2 pergaulan bebas seperti sekarang ini –bisa jadi untuk teman2 yang tidak punya pegangan nilai2 keimanan dan syariat yang kuat- dapat mengembangkan konsep diri negatif, sebab tidak sesuai dengan norma2 masyarakat. Misalnya: “pacaran”. Ditelevisi banyak ditayangkan film2 atau lagu2 yang menganggap pacaran itu suatu hal yang biasa atau wajib bagi yang tidak melakukannya akan dapat mengembangkan konsep diri negative alias rendah diri. Tetapi jika norma itu kita tolak karena telah memiliki patokan dan nilai2 yang jelas yang bersumber dari keimanan dan syariat Allah, maka kita bisa tetap PD.
6.   Pengalaman
Demikian juga pengalaman. Keberhasilan atau kegagalan kitadalam menyelesaikan permasalahan tertentu, akan mempengaruhi konsep diri kita. Jika kita terus menerus menghadapi kegagalan dan tidak sabar menghadapinya, maka konsep diri kita pun menjadi negative. Berkaitan dengan pengalaman ini, kondisi ruhiyah dan maknawiyah kita menjadi penting. Hanya orang yang memiliki kondisi ruhiyah dan  maknawiyah  yang baik  saja yang mampu menghadapi segala pengalaman buruk dalam hidup dan tetap PD!
Demikian pembahasan pada chapter ini tentang “Mengapa ada yang PD dan Ada yang Tidak?”. Semoga bisa bermanfaat..
Jangan lupa baca chapter selanjutnya ya..!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan.