“Mengapa ada yang PD dan Ada yang Tidak?”
Terkadang
kita bingung, kenapa sih ada orang yang
percaya diri alias PD & ada orang yg selalu minder alias gk PD??
Nah,
jadi begini, semua manusia hidup sesuai takdir yang telah ditetapkan Allah.ada
yg ditakdirkan sempurna dan ada juga yg tidak. Keimanan terhadap takdir inilah
yang menjadi dasar penyikapan kita terhadap diri dan hidup kita. Misalnya,
taruhlah kita ditakdirkan tidak sempurna atau ditakdirkan lahir dari keluarga
atau lingkungan yang serba tidak nyaman dan tidak berada. Produkifkah kita jika
menyalahkan kondisi yang pada akhirnya menyalahkan Allah?
Salah
satu konsep yang menjadikan seseorang merasa PD dengan keadaannya atau tidak
adalah konsep diri. Konsep diri
adalah gagasan tentang diri, yang
terdiri dari bagaimana kita melihat gambaran diri sendiri, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri dengan
penilaian suka atau tidak suka. Orang yang sangat menyukai dirinya akan
berkembang menjadi terlalu PD sedangkan sebaliknya, orang yg tidak menyukai
dirinya akan cenderung menjadi rendah diri alias tidak PD.
Aspek
lain dalam konsep diri selain gambaran tentang diri dan penilaian terhadap diri
adalah cita-cita diri, yaitu
dambaan, aspirasi dan harapan terhadap diri sendiri. Hubungan ketiganya itulah
yang membentuk konsep diri, negatifkah atau positif.
Berikut
adalah beberapa orang yang berperan dalam mengembangkan konsep diri kita
sehingga bisa jdi negative atau positif :
1.
Ortu dan Orang Lain yang Berperan sebagai Ortu
Orang tua adalah faktor yang paling penting dalam
membangun konsep diri. Kadangkala tanpa sadar orang tua sering memberikan “cap”
tertentu kepada kita, entah itu “cap negative” atau “cap positif”. Dengan
beribu cara, orang tua akan memberitahukan kepada kita tentang “siapa kita”.
Misalnya orang tua kita sering memuji, “Aduh…., kamu pintar deh, Nak!” hal itu
akan menjadikan sebuah label yang membuat konsep diri kita positif. Sebaliknya
jika orang tua sering menghardik dengan label negatip tertentu, seperti “Aah,
dasar anak bodoh!” atau “Dasar anak nakal!”, maka konsep diri kita juga menjadi
negative.
Tidak hanya secara verbal, perlakuan orang tua
yang non verbal (bukan kata2) pun juga sering membuat kita mengambil kesimpulan
tertentu tentang diri kita. Misalnya orang tua yang terlalu melindungi anaknya
(over protect) sedikit2 tidak bole, selalu dilayani, selalu dilindungi, selalu
dibela meskipun salah, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri
dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika orang tua
memperlakukan kita secara proporsional, misalnya kapan kita ditolong, kapan
kita dimotivasi untuk mengerjakan sesuatu sendiri, dan dipercaya ketika kita
belajat melakukan sesuatu meski kerap kali salah, maka kita akan mengembangkan
konsep diri positif.
2.
Saudara Kandung
Posisi urutan dalam keluarga juga akan
mempengaruhi konsep diri. Anak sulung yang diperlakuka sebagai pemimpin bagi
adik2nya dan memdapat kesempatan untuk berperan lebih domonan akan mendapat
keuntungan besar untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Sedangkan anak
bungsu boleh jadi akan selalu dianggap anak kecil oleh kakak2nya, sehingga ia
berkembang untuk lebih tidak mempercayai dirinya sendiri, sebab merasa kurang
dipercaya.
3.
Sekolah
Guru adalah sosok yang menentukan oleh karenanya,
tanggapan, perlakuan, dan penilaian guru menjadi sangat penting bagi
perkembangan konsep diri kita. Siswa yang sering diperlakukan buruk (dihukum
atau ditegur didepan umur) cenderung sulit untuk mengembangkan percaya dirinya.
Sebaiknya, yang sering dipuji, dihargai, diberi hadiah (apalagi didepan umum)
akan lebih mudah mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga lebih percaya
diri.
4.
Teman Sebaya
Teman juga menjadi salah satu faktor yangpenting.
Saat kita merasa kita tidak diterima oleh komunitas (kelompok) yang kita sukai,
maka kita akan merasa rendah diri. Sebab konsep diri kita cenderung berkembang
negatif. Akan tetapi, jika kita bisa diterima dan mendapat perlakuan positif
dari teman2 sebaya, hal itu akan dapat mengembangkan konsep diri kearah
positif.
5.
Masyarakat
Sejak kecil kita dituntut untuk bertindak menurut
aturan dan patokan yang berlaku dimasyarakat. Norma masyarakat itu diteruskan
melalui pendidikan orang tua kepada kita, lalu disiarkan melalui media massa,
cetak, atau elektronik. Ketika televise menyiarkan norma2 pergaulan bebas
seperti sekarang ini –bisa jadi untuk teman2 yang tidak punya pegangan nilai2
keimanan dan syariat yang kuat- dapat mengembangkan konsep diri negatif, sebab
tidak sesuai dengan norma2 masyarakat. Misalnya: “pacaran”. Ditelevisi banyak
ditayangkan film2 atau lagu2 yang menganggap pacaran itu suatu hal yang biasa
atau wajib bagi yang tidak melakukannya akan dapat mengembangkan konsep diri
negative alias rendah diri. Tetapi jika norma itu kita tolak karena telah
memiliki patokan dan nilai2 yang jelas yang bersumber dari keimanan dan syariat
Allah, maka kita bisa tetap PD.
6.
Pengalaman
Demikian juga pengalaman. Keberhasilan atau
kegagalan kitadalam menyelesaikan permasalahan tertentu, akan mempengaruhi
konsep diri kita. Jika kita terus menerus menghadapi kegagalan dan tidak sabar
menghadapinya, maka konsep diri kita pun menjadi negative. Berkaitan dengan
pengalaman ini, kondisi ruhiyah dan maknawiyah kita menjadi penting. Hanya
orang yang memiliki kondisi ruhiyah dan
maknawiyah yang baik saja yang mampu menghadapi segala pengalaman
buruk dalam hidup dan tetap PD!
Demikian pembahasan pada chapter ini tentang
“Mengapa ada yang PD dan Ada yang Tidak?”. Semoga bisa bermanfaat..
Jangan lupa baca chapter selanjutnya ya..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan.